Heaven Demonly telah binasa, dan bersamanya berakhir pula Perang [Orthodox-Demonic War] yang seolah tiada akhir. Seluruh dunia bersuka cita atas runtuhnya Demonic Cult, berharap akan datangnya era kedamaian yang baru.
Namun, perasaan lega dan damai bukanlah satu-satunya warisan perang ini. Dua sekte dari Aliansi Sepuluh Sekte, pendukung setia Faksi Ortodox, telah luluh lantak. Salah satu dari Empat Klan Bangsawan pun runtuh sepenuhnya. Tak terhitung banyaknya pendekar yang gugur, bahkan Tiga Tetua pun tewas di tangan Iblis Surgawi.
Meski perang berakhir dengan kemenangan atas kejatuhan Heavenly Demon dan kehancuran Demonic Cult, tak dapat dipungkiri bahwa pertempuran ini meninggalkan luka yang mendalam. Begitu banyak yang telah hilang. Sulit untuk memperkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan kejayaan masa lalu.
Namun demikian,
Meskipun dunia kini diselimuti kegelapan dan abu, menyisakan hanya keputusasaan,
Suatu hari nanti, benih yang disebut 'harapan' akan mekar, melahirkan para pahlawan yang ditakdirkan untuk mengatasi cobaan dan menegakkan keadilan.
Sedangkan aku...
Aku tak pernah peduli akan semua itu.
"Di mana mereka?"
Wanita itu bertanya dengan nada serius.
Seorang wanita berdiri sendirian di ruang penyiksaan di bawah tanah Aliansi Murim.
Meski berkulit putih dan bertubuh ramping, rambutnya terlihat kusut akibat berkali-kali mencoba mengikatnya dengan buruk.
Namun, penampilannya tetap memancarkan kebangsawanan.
Ia tampak bagai sosok yang akan terus bersinar di tengah dunia yang runtuh.
Siapa sangka wanita cantik ini yang akan menggorok leher Heavenly Demon sosok yang setara dengan bencana berjalan?
Tak ada yang menduga gadis ini, yang dulu dipuji sebagai pendatang baru paling menjanjikan, pada akhirnya akan menjadi yang terkuat di dunia.
'Celestial Sword' Wi Seol-Ah.
Murid langsung dari Sword Venerable, yang tewas di tangan Heavenly Demon. Wanita yang menjadi 'Zenith Under the Heavens' setelah berakhirnya 『Orthodox-Demonic War』.
Dulu, mungkin ada yang berpendapat bahwa alasan ia bisa mencapai posisi setinggi itu karena tidak ada lagi 『Three Venerables』 di dunia Martial Art.
Namun, ketika mereka melihat caranya menimbulkan bencana alam dan memusnahkan ratusan iblis hanya dengan sekali tebasan pedangnya.
Dan tak lama kemudian, bagaimana ia membasmi Demonic Cult beserta Heavenly Demon setelah pertempuran sengit selama tiga hari tiga malam.
Saat itulah, para pencemoohnya sadar bahwa ia memperoleh gelar 'Zenith' atas kekuatannya sendiri.
Wanita yang sama itulah yang kini berbicara padaku.
"Aku tak akan bertanya lagi. Di mana mereka?"
Pandanganku kabur oleh darah akibat penyiksaan yang menyakitkan. Namun, aku masih bisa melihat pakaiannya.
Bajunya yang semula putih bersih kini ternoda hitam oleh abu.
Sepertinya ia menginginkan jawaban dariku, tapi itu mustahil karena pita suaraku sudah hancur.
Tentu saja, Wi Seol-Ah juga tahu mengapa aku tak bisa berucap sepatah kata pun.
Namun, ia pasti begitu frustrasi.
"Kau pasti tahu, kan? Di mana sisa iblis-iblis itu bersembunyi?"
Aku tahu.
Bukan hanya aku tahu jawabannya, aku juga ingin memberitahunya.
"Jika kau masih punya secercah hati nurani..."
Karena aku tak bisa bicara, Wi Seol-Ah ingin aku menjawabnya dengan menulis atau menggambar.
Belengguku mengendur seolah membuktikan hal itu.
Tentu saja, tak ada bahaya baginya untuk melepaskan belenggu seorang pendosa hina sepertiku.
Aku tak akan pernah bisa menandingi orang yang mampu membunuh Heavenly Demon, sosok yang pernah dianggap sebagai Dewa.
Namun, meski aku ingin membantunya, tetap saja tak ada yang bisa kulakukan.
Belenggu abadi yang mengikatku bukanlah rantai yang baru saja dilonggarkan ini.
Apapun yang Wi Seol-Ah lakukan, satu-satunya hal yang bisa kulakukan hanyalah menatap lantai dalam diam.
-Buk!
Seberapa keras Wi Seol-Ah memukulku hingga menimbulkan suara seperti itu!?
"Ini kesempatan terakhirmu jika masih ingin hidup. Jika kau memberitahuku apa yang perlu kuketahui, meski seluruh dunia mencoba membunuhmu, aku akan melakukan segalanya untuk melindungimu."
Inilah wanita yang dijuluki 'Zenith' setelah perang usai.
"Jadi kumohon, aku memohon padamu..."
Mengetahui semua itu, aku bisa jelas merasakan keputusasaannya saat ia mulai memohon dengan sungguh-sungguh padaku, musuhnya.
Apakah karena kebenciannya pada iblis-iblis yang lolos? Atau demi balas dendam?
Tidak, ia mencari sesuatu yang jauh lebih penting.
Pasti karena Meteor Sword.
Siapapun yang kau tanya, mereka pasti tahu hubungan antara 'Meteor Sword' Jang Seonyeon dan Wi Seol-Ah.
Dia adalah pendekar pedang berbakat dan pahlawan yang memimpin Aliansi Murim, serta tunangan Wi Seol-Ah.
Ada rumor bahwa para iblis telah menculik Jang Seonyeon.
Jadi mungkin karena itulah.
Siapa sangka wanita yang lebih kuat dari siapapun ini bertindak gelisah hanya karena seorang pria.
"Cepat jawab! Di mana mereka bersembunyi?"
Aku bisa merasakan tatapan putus asanya menghujamku.
Keadaan ini terasa lucu entah bagaimana.
Kami tak pernah ditakdirkan untuk memiliki hubungan yang begitu asing seperti ini.
Tak ada habisnya daftar alasan mengapa atau di mana semuanya menjadi salah. Aku tak pernah repot-repot mengingatnya, karena ini hanyalah karma dan hasil dari tindakanku sendiri.
Aku membenci diriku yang tak berarti ini.
Karenanya, kujual jiwaku pada Heavenly Demon dan menjadi pengkhianat yang menusuk punggung banyak orang.
Di sisi lain, ia menjadi pahlawan yang menyelamatkan semua orang dan merebut hati mereka.
Melihatku tak bereaksi sama sekali, Wi Seol-Ah akhirnya menyerah dan melemparku.
Tubuhku menghantam batu tajam yang tertanam di dinding, tapi aku tak merasakan sakit apapun.
Tubuhku sudah benar-benar hancur.
"Jika aku tahu betapa buruknya dirimu ketika kita pertama kali bertemu, aku pasti sudah membunuhmu saat itu juga."
Penyesalan terbesarku.
Telingaku bisa mendengar jelas bisikan lirihnya.
Saat pertama kali aku melihatnya.
Seperti apa dia waktu itu?
Mungkin dia sangat berbeda dari dirinya yang sekarang.
Atau mungkin aku juga tak cukup peduli untuk mengingat masa lalu.
Bagaimanapun juga, aku ragu masa-masa itu masih berarti apa-apa baginya sekarang.
Bagiku, kenangan itu adalah salah satu penyesalan terbesarku.
Sebuah kenangan yang terkubur dalam di bawah banyak penyesalan. Kenangan yang kini telah berubah menjadi debu di bawah beratnya waktu.
Tapi kenapa aku memilih untuk menguburnya begitu dalam?
-Kreeek
Tepat sebelum Wi Seol-Ah hendak menutup pintu ruang penyiksaan dan pergi, ia berhenti ketika melihatku mulai bergerak.
Tulang-tulangku yang remuk berderak saat kupaksa kepalaku untuk menoleh ke arahnya.
Mata cerah Wi Seol-Ah bergetar penuh harap ketika melihatku mulai bergerak.
Menggunakan darahku sendiri sebagai tinta, aku mulai menulis di lantai batu dengan gelisah.
Setiap kali aku selesai menulis satu baris, darah mulai menetes dari bibirku.
Jelas sekali kutukan apa yang menimpaku.
Jika aku memaksa diri untuk mengungkapkan apapun yang bisa membahayakan tuanku, jantungku akan hancur dengan sendirinya, membunuhku seketika.
Jangan mengkhianati para Demonic.
Hanya empat kata, tapi seluruh hidupku terikat pada sumpah ini.
Aku telah menyaksikan dampaknya pada mereka yang mengingkari sumpah itu berkali-kali.
Tak peduli siapa dirimu atau seberapa kuat kau menjadi, segalanya tak berguna di hadapan Kutukan Heavenly Demon. Kau akan binasa bagai pendekar kelas tiga di hadapan Heavenly Demon.
Aku berharap kematian Heavenly Demon akan menyembuhkan kutukan ini, tapi pada akhirnya, tak ada yang berubah.
Aku bertanya-tanya kenapa?
Meski kutukan itu sudah aktif, apakah karena keinginanku jantungku bertahan selama ini, ataukah langit memberiku kesempatan terakhir untuk menebus dosa?
Meski begitu, aku tetap akan menemui ajalku di sini.
"Hah? Apa yang terjadi..."
Sepertinya Wi Seol-Ah, yang mulai mendekatiku dengan tergesa-gesa, mencoba mengatakan sesuatu, tapi aku tak bisa mendengar suaranya dengan jelas.
Jadi kuputuskan untuk terus mengabaikannya.
Ia mungkin juga ingin aku melanjutkan ini, melihat bagaimana ia tak pernah mencoba menghentikanku.
Jika aku memberitahu siapapun bahwa aku tak pernah dipaksa melakukan ini, akankah mereka percaya?
Tentu saja tidak.
Ada banyak alasan yang bisa kugunakan untuk tindakanku, tapi tak ada seorangpun di sini yang akan mempercayainya.
Sambil mengabaikan detak jantungku yang semakin menyiksa, aku berjuang untuk menulis bahkan satu huruf saja.
Dengan setiap detak jantungku, darah menetes dari bibirku.
Dari sudut mataku, aku bisa melihat Wi Seol-Ah mengulurkan tangan seolah ia menyadari ada yang salah denganku.
Meski begitu, tak ada yang bisa ia lakukan untuk menghentikanku.
Aku harus segera menyelesaikan huruf terakhir.
Seolah jantungku menunggu aku selesai, akhirnya ia hancur berkeping-keping.
Di lantai, aku telah menulis detail mengenai tempat persembunyian para iblis yang tersisa.
Ketika aku hampir roboh ke lantai, Wi Seol-Ah tiba-tiba memeluk tubuhku yang rusak.
Kurasa ia takut tulisan di lantai akan rusak jika aku jatuh di atasnya.
Aku samar-samar melihat ekspresi terkejut Wi Seol-Ah di balik kesadaranku yang memudar. Namun, aku tak bisa merekam wajah itu dengan baik karena tubuhku yang sekarat segera menjadi dingin... Menyebabkan penglihatanku akhirnya menghitam.
Sungguh kacau.
Mengapa aku menjalani hidup seperti ini?
Apapun alasannya, itu tak penting lagi sekarang. Alasan-alasan itu memang tak pernah penting.
Gu Yangcheon dari Klan Shanxi Bersatu.
Aku hidup sebagai pendekar Faksi Ortodoks untuk beberapa saat sebelum akhirnya bergabung dengan para Iblis.
Setelah Sekte Iblis dibasmi, aku ditangkap dan disiksa untuk informasi mengenai tempat persembunyian iblis-iblis yang selamat.
Kupikir deskripsi sederhana seperti itu sudah cukup untuk menggambarkan hidup seperti milikku.
Sebuah kehidupan yang tak pernah dipedulikan siapapun.
Meski kupikir hidup itu sudah berakhir...
"Mau kentang?"
"Hah?"
Seharusnya seperti itu.